Teknologi atau Tekanan Hidup?
Berawal dari smartphone, HP . Lalu mengenal sosial media, saya perempuan, saya mengerti kesenangan seperti apa saat kita dipuji oleh orang lain. Yg saya tidak mengerti sebagai sesama perempuan, apa untungnya membagi foto minim busana bahkan telanjang kepada lelaki2? Kesenangan yg seperti apa kok sampai dilakukan berulang kali dan dengan banyak laki2? Apa tidak cukup sadar bahwa sudah punya suami? Ya, itu ibu saya. Dan kalau ketahuan bilangnya "hanya iseng" , "yg penting aku tidak kenal" , "yg penting tidak pernah bertemu".
Dan itu terjadi hampir satu tahun.
Kalau saja saya tidak punya adik mungkin saya akan berpikir masa bodoh! Soalnya saya baru hamil. Ini adik2 saya tau betul apa yg ibu saya perbuat. Mereka malu. Mereka juga menangis. Tapi tetap saja itu tidak merubah ibuku. Saya sudah katakan plus minusnya, dari A-Z , dari bicara halus sampai kasar, saya memang sering adu mulut karena masalah ini dan sampai kadang dilerai tetangga tanpa tetangga tau apa sebab asli nya. Saya juga sering dikatai Anak Durhaka. Dan saya menerimanya walaupun mereka benar2 tidak tau apa masalahnya. Saya sudah berkali2 bilang, kalo misal sudah janda dalam arti sudah pisah dengan bapak saya, saya dan semuanya bisa menerima sikap itu. Tanpa rasa malu saya bakal bilang "ya terserah ibu mau apa kan ibu single jadi mau apa saja terserah dan mau sama siapa saja monggo"
Tapi bagaimana dengan kasus ini? Ibu saya masih punya suami!
Bapak saya? Mungkin beliau adalah penyandang predikat suami tersabar didunia. Selama hampir 1tahun dengan kejadian yg sama dan dengan berbeda2 lelaki beliau mampu memaafkan ibuku. Walaupun kenyataannya beliau tidak bisa melupakan perbuatannya. Bapak saya gaptek, jadi apa2 tanya sama saya. Saya tau bapak saya sudah mulai muak. Bapak sudah mulai tidur misah. Dan pernah bilang ke saya kalo ibu masih seperti itu sampai itu juga bapak tidak mau menyentuh ibu.
Saya juga baru saja bersuami, jadi mikir2. Apa ibu saya tidak kepikiran jika bapak menjauh, apa tidak bertanya pada diri sendiri apa sebabnya? Mungkin ibu saya tidak bakal berpikir sejauh itu. Karna Ego. Ya , Ego. Kalau dia tidak egois dia akan berhenti saat pertama ketauan, dia akan berhenti saat anak2nya bilang malu punya ibu seperti itu.
Saat ini saya emang tidak terlalu memusingkan itu krn lebih fokus buat bahagia demi anak yg baru saya kandung. Walaupun aslinya sangat berat pura2 tidak tau padahal saya tau didepan mata saya ibu saya videocall,chat, bahkan ngirim2 foto ke laki2 lain walaupun dengan sembunyi2 tp saya tau dan pura2 tidak tau.
Sebenarnya tidak cukup itu saja perilaku minus ibu saya yg tidak dapat saya mengerti.
Jadi selama pegang HP tersebut ibu juga ada hobi baru yaitu karaoke online. Ya, pakai aplikasi SM*LE. Yg membuatnya menjadi hobi yg tidak dimengerti adalah dari pagi-pagi tidak lepas dari headset. Kita semua tau dong bahaya nya pakai headset setiap hari? Nah, lagi2 kami sekeluarga mengingatkan dari A-Z, dari halus-kasar. Kita sampai bilang "kalau tidak percaya omongan kami, bisa lihat sendiri baca sendiri di google apa dampak2nya", tapi karna memang EGO yg tinggi dan besar omongan kami pun tidak dihiraukan. Saya juga sering adu mulut gara2 sm*le ini. Bagaimana tidak? Saat adzan pun ibu masih teriak2 nyanyi. Yg saya tidak habis pikir sudah larut malam pun masih nyanyi. Ini yg biasanya memancing keributan, saya bisa toleransi ibu teriak2 nyanyi2 dari pagi-sore, tapi tidak untuk malam hari. Malam hari itu waktunya adek saya pada belajar, waktunya istirahat tidur, waktunya family time nonton tv bareng2, bayangin aja kalian baru nonton tv tp ada yg teriak2 nyanyi padahal seharian sudah seperti itu. Ibu pernah berkata "kok ngatur2, suka2, hidup saya" bagaimana jika sudah seperti ini?
Sampai saatnya tiba, ibu saya sering ketiduran keadaan masih pakai headset dan hari itu telinganya yg sebelah sakit dan berdengung, agak berkurang pendengarannya dan mengeluarkan cairan kuning. Setelah berobat hanya dikasih obat oral paracetamol krn ibu saya tidak jujur.
Ibu saya hanya bilang sakit karena kelupaan tidur masih pakai headset, tanpa bilang bahwa sudah hampir 1tahun menggunakan headset dengan durasi 1hari penuh setiap harinya. Lalu kembali lagi periksa krn masih mengeluarkan cairan, disitu dioper ke spesialis THT dan dinyatakan infeksi akut.
Nyatanya kejadian itu tidak serta merta membikin jera. Habis dari rumahsakit masih sm*le an dengan telinga yg satunya.
Sungguh kami sekeluarga sampai tidak bisa berkata2 lagi. Saat celetukan "itu nanti kalo yg satunya ikut tuli gimana" dan lagi2 EGO sebagai manusia yg tidak peduli keadaan tubuhnya.
Dua keadaan itu masih membayangi kami sekeluarga. Jujur saya sering menangis mempertanyakan kepada tuhan dan kuasa tuhan. Yg sering saya tanyakan "kenapa tuhan menjadikan dia sebagai ibu, padahal tuhan tau takdir dia dimasa depan, tuhan tau apa yg akan dia perbuat, dan kenapa masih menjadikan dia sebagai seorang ibu"
"Apa tuhan tidak kasihan dengan adik2 ku? Dimana yg katanya maha kuasa?"
Saya tau saya buruk. Saya merasa buruk ketika mengatakan dan mempertanyakann-Nya. Tapi benar, saya ingin tau jawaban yg saya pertanyakan tersebut.
Saya hanya bisa berharap bapak tetep jadi bapak tersabar tapi kalau memang sudah muak kami bilang kami sudah ikhlas tinggal keputusan bapak seperti apa kami sebagai anak akan terima.
Semoga adik2ku tetep kuat, saya tau apa yg adik2ku rasakan. Semoga menjadi pembelajaran untuk adik2ku biar tidak mengulangi hal serupa dimasa depan. Biar tau langkah seperti apa yg harus diambil jika ditakdirkan bersama orang yg seperti itu.
Untuk anakku yg sedang didalam perut, maaf ya sayang ibu mu ini sering menangis. Ibu tau kamu selalu berusaha menghibur ibu kalau pas ibu nangis kamu ajak main ibu tendang2 perut ibu.
Semoga ibumu ini bukan termasuk ibu yg gagal ya nak. Ibu janji ibu gak bakal bikin kamu malu punya ibu seperti aku. Dan ibu janji ibu tidak akan pernah membiarkan kamu merasakan di posisi ibu dan adik2 ibu saat ini.
Untuk teman2 yg tidak sengaja membaca tulisan ini (saya sebenarnya tidak ingin ada yg membaca tp saya tau ini di publish) semoga kita tidak menjadi wanita yg seperti itu, hargai diri kita sendiri, cintai diri kita sendiri. Kita MAHAL. Saya tau setiap orang punya tekanan dihidup kita masing2. Entah besar atau kecil. Dan juga tidak masalah jika ingin mengalihkan tekanan tersebut ke Hobi. Tapi ingat, hobi yg tidak merusak tubuh kita. Karena kita sendiri yg pegang kendali atas tubuh kita. Tubuh kita sehat atau sakit kita sendiri yg menentukan. Jangan besarkan Ego dengan berpikiran tinggi di atas segala galanya.
Saya berharap hanya Tuhan yg membaca tulisan ini.
Salam,
Dan itu terjadi hampir satu tahun.
Kalau saja saya tidak punya adik mungkin saya akan berpikir masa bodoh! Soalnya saya baru hamil. Ini adik2 saya tau betul apa yg ibu saya perbuat. Mereka malu. Mereka juga menangis. Tapi tetap saja itu tidak merubah ibuku. Saya sudah katakan plus minusnya, dari A-Z , dari bicara halus sampai kasar, saya memang sering adu mulut karena masalah ini dan sampai kadang dilerai tetangga tanpa tetangga tau apa sebab asli nya. Saya juga sering dikatai Anak Durhaka. Dan saya menerimanya walaupun mereka benar2 tidak tau apa masalahnya. Saya sudah berkali2 bilang, kalo misal sudah janda dalam arti sudah pisah dengan bapak saya, saya dan semuanya bisa menerima sikap itu. Tanpa rasa malu saya bakal bilang "ya terserah ibu mau apa kan ibu single jadi mau apa saja terserah dan mau sama siapa saja monggo"
Tapi bagaimana dengan kasus ini? Ibu saya masih punya suami!
Bapak saya? Mungkin beliau adalah penyandang predikat suami tersabar didunia. Selama hampir 1tahun dengan kejadian yg sama dan dengan berbeda2 lelaki beliau mampu memaafkan ibuku. Walaupun kenyataannya beliau tidak bisa melupakan perbuatannya. Bapak saya gaptek, jadi apa2 tanya sama saya. Saya tau bapak saya sudah mulai muak. Bapak sudah mulai tidur misah. Dan pernah bilang ke saya kalo ibu masih seperti itu sampai itu juga bapak tidak mau menyentuh ibu.
Saya juga baru saja bersuami, jadi mikir2. Apa ibu saya tidak kepikiran jika bapak menjauh, apa tidak bertanya pada diri sendiri apa sebabnya? Mungkin ibu saya tidak bakal berpikir sejauh itu. Karna Ego. Ya , Ego. Kalau dia tidak egois dia akan berhenti saat pertama ketauan, dia akan berhenti saat anak2nya bilang malu punya ibu seperti itu.
Saat ini saya emang tidak terlalu memusingkan itu krn lebih fokus buat bahagia demi anak yg baru saya kandung. Walaupun aslinya sangat berat pura2 tidak tau padahal saya tau didepan mata saya ibu saya videocall,chat, bahkan ngirim2 foto ke laki2 lain walaupun dengan sembunyi2 tp saya tau dan pura2 tidak tau.
Sebenarnya tidak cukup itu saja perilaku minus ibu saya yg tidak dapat saya mengerti.
Jadi selama pegang HP tersebut ibu juga ada hobi baru yaitu karaoke online. Ya, pakai aplikasi SM*LE. Yg membuatnya menjadi hobi yg tidak dimengerti adalah dari pagi-pagi tidak lepas dari headset. Kita semua tau dong bahaya nya pakai headset setiap hari? Nah, lagi2 kami sekeluarga mengingatkan dari A-Z, dari halus-kasar. Kita sampai bilang "kalau tidak percaya omongan kami, bisa lihat sendiri baca sendiri di google apa dampak2nya", tapi karna memang EGO yg tinggi dan besar omongan kami pun tidak dihiraukan. Saya juga sering adu mulut gara2 sm*le ini. Bagaimana tidak? Saat adzan pun ibu masih teriak2 nyanyi. Yg saya tidak habis pikir sudah larut malam pun masih nyanyi. Ini yg biasanya memancing keributan, saya bisa toleransi ibu teriak2 nyanyi2 dari pagi-sore, tapi tidak untuk malam hari. Malam hari itu waktunya adek saya pada belajar, waktunya istirahat tidur, waktunya family time nonton tv bareng2, bayangin aja kalian baru nonton tv tp ada yg teriak2 nyanyi padahal seharian sudah seperti itu. Ibu pernah berkata "kok ngatur2, suka2, hidup saya" bagaimana jika sudah seperti ini?
Sampai saatnya tiba, ibu saya sering ketiduran keadaan masih pakai headset dan hari itu telinganya yg sebelah sakit dan berdengung, agak berkurang pendengarannya dan mengeluarkan cairan kuning. Setelah berobat hanya dikasih obat oral paracetamol krn ibu saya tidak jujur.
Ibu saya hanya bilang sakit karena kelupaan tidur masih pakai headset, tanpa bilang bahwa sudah hampir 1tahun menggunakan headset dengan durasi 1hari penuh setiap harinya. Lalu kembali lagi periksa krn masih mengeluarkan cairan, disitu dioper ke spesialis THT dan dinyatakan infeksi akut.
Nyatanya kejadian itu tidak serta merta membikin jera. Habis dari rumahsakit masih sm*le an dengan telinga yg satunya.
Sungguh kami sekeluarga sampai tidak bisa berkata2 lagi. Saat celetukan "itu nanti kalo yg satunya ikut tuli gimana" dan lagi2 EGO sebagai manusia yg tidak peduli keadaan tubuhnya.
Dua keadaan itu masih membayangi kami sekeluarga. Jujur saya sering menangis mempertanyakan kepada tuhan dan kuasa tuhan. Yg sering saya tanyakan "kenapa tuhan menjadikan dia sebagai ibu, padahal tuhan tau takdir dia dimasa depan, tuhan tau apa yg akan dia perbuat, dan kenapa masih menjadikan dia sebagai seorang ibu"
"Apa tuhan tidak kasihan dengan adik2 ku? Dimana yg katanya maha kuasa?"
Saya tau saya buruk. Saya merasa buruk ketika mengatakan dan mempertanyakann-Nya. Tapi benar, saya ingin tau jawaban yg saya pertanyakan tersebut.
Saya hanya bisa berharap bapak tetep jadi bapak tersabar tapi kalau memang sudah muak kami bilang kami sudah ikhlas tinggal keputusan bapak seperti apa kami sebagai anak akan terima.
Semoga adik2ku tetep kuat, saya tau apa yg adik2ku rasakan. Semoga menjadi pembelajaran untuk adik2ku biar tidak mengulangi hal serupa dimasa depan. Biar tau langkah seperti apa yg harus diambil jika ditakdirkan bersama orang yg seperti itu.
Untuk anakku yg sedang didalam perut, maaf ya sayang ibu mu ini sering menangis. Ibu tau kamu selalu berusaha menghibur ibu kalau pas ibu nangis kamu ajak main ibu tendang2 perut ibu.
Semoga ibumu ini bukan termasuk ibu yg gagal ya nak. Ibu janji ibu gak bakal bikin kamu malu punya ibu seperti aku. Dan ibu janji ibu tidak akan pernah membiarkan kamu merasakan di posisi ibu dan adik2 ibu saat ini.
Untuk teman2 yg tidak sengaja membaca tulisan ini (saya sebenarnya tidak ingin ada yg membaca tp saya tau ini di publish) semoga kita tidak menjadi wanita yg seperti itu, hargai diri kita sendiri, cintai diri kita sendiri. Kita MAHAL. Saya tau setiap orang punya tekanan dihidup kita masing2. Entah besar atau kecil. Dan juga tidak masalah jika ingin mengalihkan tekanan tersebut ke Hobi. Tapi ingat, hobi yg tidak merusak tubuh kita. Karena kita sendiri yg pegang kendali atas tubuh kita. Tubuh kita sehat atau sakit kita sendiri yg menentukan. Jangan besarkan Ego dengan berpikiran tinggi di atas segala galanya.
Saya berharap hanya Tuhan yg membaca tulisan ini.
Salam,

Komentar
Posting Komentar